Virus

Pengertian Virus
Virus (Latin, = racun). Hampir semua virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter).
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik atau protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Kata virus adalah kata bahasa Latin untuk racun dan substansi beracun lainnya, yang pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392. Definisi "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728, sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Ivanowsky tahun 1892. Ilmu tentang Virus disebut Virologi

Sejarah Virus
Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400 SM) yang menunjukkan adanya penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang Virus smallpox.
Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah Virus smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000 SM. Akan tetapi pada pada tahun 1798, Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap Virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit.
  2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro.
  3. Ketika kultur agen murni diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia bisa menimbulkan penyakit.
  4. Agen yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut.
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. 
Pada tahun 1883, Adolf Meyer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. 
Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antar tanaman. Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil. 
Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker. Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker. Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat. Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus (RSV). 
Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau Cottontail rabbit papilloma virus (CRPV) yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus. Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut. 
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska. 
Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage. Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri. 

Ciri-ciri Virus

1. Ukuran Virus
Virus memiliki ukuran sangat renik. yaitu antara 25 – 300 nm (1 nm = 10-9 m). Virus yang berukuran paling kecil adalah poliovirus, panjang tubuhnya hanya 25 nm. Virus yang berukuran besar adalah bakteriofage yang panjang tubuhnya 100 nm dan Tobacco mosaic virus / TMV yang panjang tubuhnya 300 nm. Oleh karena ukuran tubunya sangat renik, virus hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus mulai dapat diamati dengan mikroskop elektron pada tahun 1930.

2. Bentuk Virus
Virus memiliki bentuk bermacam-macam, antara lain:
  • Bulat, contoh: Influenza virus dan Human immunodeficiency virus / HIV. 
  • Oval, contoh: Rabies virus. 
  • Batang, contoh: Tobacco mosaic virus / TMV. 
  • Polihidris, contoh: Adenovirus. 
  • Huruf T, contoh: Bakteriofage.
Bentuk-bentuk virus

3. Struktur Virus
Virus bukan merupakan sel (aseluler). Virus berupa partikel yang disebut virion. Oleh karena virus bukan merupakan sel, virus tidak memiliki bagian-bagian sel seperti membran plasma, sitoplasma, dan inti. Virus tersusun dari:
  • Asam Nukleat
Asam nukleat adalah pembawa informasi genetika. Asam nukleat pada virus berupa satu jenis asam nukleat, yaitu DNA saja atau RNA saja. Materi genetik tersebut dapat berbentuk rantai tunggal atau rantai ganda. Rantainya dapat berbentuk melingkar atau linear.
  • Selubung Protein 
Selubung protein (kapsid) adalah pembungkus asam nukleat. Kapsid tersusun dari subunit protein yang disebut kapsomer. Kapsid inilah yang memberi bentuk virus. Kapsid dapat berbentuk batang yang merupakan susunan heliks (ulir) dari kapsomer, berbentuk polihedral (segi banyak), atau berbentuk kompleks. Virus kompleks memiliki bagian yang disebut kepala dan ekor. Kepala virus kompleks memiliki bentuk polihedral. Selain itu, virus kompleks memiliki struktur tambahan, yaitu selubung ekor, lempengan dasar dan serabut ekor. Lempengan dasar dan serabut ekor berfungsi untuk melekat pada sel yang diinfeksi. Contoh virus kompleks adalah bakteriofage.
Gabungan asam nukleat dan kapsid disebut nulkleokapsid. Pada beberapa virus, nukleokapsid diselubungi oleh membran yang disebut sampul virus. Sampul virus tersusun dari lipid dan protein. Sampul virus berfungsi membantu virus memasuki sel. Contoh: virus influenza. Virus yang tidak memiliki sampul virus disebut sebagai virus telanjang.
Struktur virus

Reproduksi Virus
Virus menunjukan suatu ciri kehidupan yaitu reproduksi. Namun, reproduksi virus hanya terjadi jika berada dalam sel organisme lain (sel inang). Dengan demikian virus hanya dapat hidup secara parasit. Reproduksi virus terjadi dengan cara yang bervariasi. Meskipun demikian, semua  cara reproduksi virus melalui lima tahap, yaitu:
  • Tahap Adsorbsi (Pelekatan)
Tahap adsorbsi adalah saat partikel virus (virion) melekat pada sel yang diinfeksi. Tempat pelekatan virus pada sel inang terjadi pada reseptor (protein khusus pada membran plasma sel inang yang mengenali virus).
  • Tahap Injeksi (Penetrasi)
Tahap injeksi adalah tahap virus atau materi genetik virus masuk ke dalam sitoplasma inang.
  • Tahap Replikasi dan Sintesis (Pembentukan)
Tahap replikasi dan sintesis adalah tahap terjadinya perbanyakan partikel virus di dalam sel inang. Sel inang akan dikendalikan oleh materi genetik dari virus sehingga sel dapat membuat komponen virus, yaitu asam nukleat dan protein untuk kapsid.
  • Tahap Asemblin (Pematangan)
Tahap asemblin adalah tahap penyusunan asam nukleat dan protein virus menjadi partikel virus yang utuh.
  • Tahap Litik (Pelepasan)
Tahap litik adalah tahap partikel virus keluar dari sel inang dengan memecahkan sel tersebut.


Cara reproduksi virus dikenal sebagai proliferasi yang terdiri dari:
1. Daur Litik (litic cycle)
  • Fase Adsorbsi (fase penempelan)
Ditandai dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah menempel virus mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri untuk memasukkan asam inti virus.
  • Fase Injeksi (memasukkan asam inti)
Setelah terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan asam inti (DNA) ke dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri dan berfungsi lagi.
  • Fase Sintesis (pembentukan)
DNA virus akan mempengaruhi DNA bakteri untuk mereplikasi bagian-bagian virus, sehingga terbentuklah bagian-bagian virus. Di dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis virus dan protein yang dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
  • Fase Asemblin (perakitan)
Bagian-bagian virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit menjadi virus sempurna. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200 buah dalam satu daur litik.
  • Fase Litik (pemecahan sel inang)
Ketika perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel bakteri dengan enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.

2. Daur Lisogenik (lisogenic cycle)
  • Fase Penggabungan
Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus memutus DNA bakteri, kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang terputus tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung materi genetik virus.
  • Fase Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag. Kemudian DNA bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
  • Fase Sintesis
DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk bagian-bagian virus
Fase Perakitan
Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan kemudian DNA masuk ke dalam akan membentuk virus baru
  • Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang terlepas dari inang akan mencari inang baru

Habitat Virus
Virus menunjukan ciri kehidupan hanya jika berada pada sel organisme lain (sel inang). Sel inang virus berupa bakteri, mikroorganisme eukariot (seperti protozoa dan jamur), sel tumbuhan, sel hewan, dan sel manusia. Virus yang menyerang tumbuhan dapat masuk ke dalam tumbuhan lain, terutama melalui perantara serangga. Virus yang menyerang hewan atau manusia dapat masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia lain misalnya melalui makanan, minuman, udara, darah, luka, atau gigitan.

Klasifikasi Virus
1. Berdasarkan jenis sel inangnya, virus dikalasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:
  • Virus Bakteri
Virus bakteri virus yang sel inangnya sel bakteri. Virus bakteri disebut juga dengan bakteriofage atau fage (latin, phage = memakan). Virus bakteri mengandung materi genetik berupa DNA. Contoh: bakteriofage T4 virus yang menyerang bakteri Escherichia coli. 
  • Virus Mikroorganisme Eukariot
Virus mikroorganisme eukariot adalah virus yang sel inangnya berupa mikroorganisme yang tergolong eukariot, seperti protozoa dan jamur. Virus ini terutama mengandung RNA. Contoh: Mycovirus dan Adenoviruses.
  • Virus Tumbuhan
Virus tumbuhan adalah virus yang sel inangnya adalah sel tumbuhan. Virus tumbuhan sebagian besar mengandung RNA. contoh: Tobacco mosaic virus / TMV.
  • Virus Hewan
Virus hewan adalah virus yang sel inangnya adalah sel hewan atau sel manusia. Virus hewan mengandung DNA atau RNA. Contoh: Rabies virus dan Influenza viruses.

2. Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu: 
  • Virus DNA
  • Virus RNA
  • Virus berselubung
  • Virus non-selubung

3. Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi: 
  • Virus Enterik
  • Virus Respirasi
  • Arbovirus
  • Virus onkogenik
  • Hepatitis virus

4. Berdasarkan alur fungsi genomnya, Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok.  Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore, yaitu: 
  • Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  • Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  • Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  • Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  • Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  • Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  • Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

5. Berdasarkan jenis asam nukleat (DNA atau RNA), yaitu:
a. Virus RNA
  • Famili : Picornaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.
Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion 28-30 nm.
Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus polio
  • Famili : Calicivirdae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal.
Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas tiga jenis protein utama. Diameter virion 35-45 nm.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus Sapporo
  • Famili : Togaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 60-70 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus Chikungunya, virus rubella
  • Famili : Flaviviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom.
Virion : berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 40-50 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus demam kuning
  • Famili : Bunyaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses replikasinya, RNA virion disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer kemudian menjadi cetakan bagi RNA genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid bentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi.
Contoh : virus ensefalitis California
  • Famili : Arenaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk virion pleomorfik. Diameter virion 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm).
Replikasi di sitoplasma morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus lymphotic
  • Famili : Coronaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui pembentukan rantai RNA negatif yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi RNA genom. Sintesis RNA negatif disertai sintesis enam jenis mRNA.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk pleomorfik. Diameter virion 80-160 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran intrasitoplasma.
Contoh : coronavirus manusia 229-E dan OC43
  • Famili : Rhabdoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan Bunyaviridae.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 4-5 protein. Virion berbentuk seperti peluru dengan selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan panjang virion 70-85 nm dan 130-180 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya di membran plasma atau intrasitoplasma, tergantung spesies virus.
Contoh : virus stomatitis vesicularis
  • Famili : Filoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, segmen tunggal.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh protein utama. Berbentuk pleomorfik. Diameter virion 80 nm dan panjang mencapai 14.000 nm.
Replikasi di sitoplasma.
Contoh : virus Ebola
  • Famili : Paramyxoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk protein mRNA dibuat RNA cetakan RNA genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 protein utama. Berbentuk pleomorfik. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan menginduksifusi sel. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma. Diameter virion 150-300 nm.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : parainfluenza 1-4, viris parotitis
  • Famili : Orthomyxoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk influenza A dan B), polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer dibuat dan dijadikan cetakan pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama. Bentuk pleomorfik. Selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Pada filamentosa panjangnya mencapai beberapa mikrometer.
Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran plasma. 
Contoh : virus Influenza A, B, dan C
  • Famili : Reoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai ganda, segmen ganda (10 untuk reovirus dan obvirus, 11 untuk rotavirus, 12 untuk Colorado tick fever virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom. Sebagian mRNA dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan untuk pembuatan rantai RNA pasangannya.
Virion : tak berselubung, kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral. Diameter virion 60-80 nm.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
Contoh : Reovirus 1-3
  • Famili : Retroviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, terdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik. Replikasi dimulai dengan pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan rantai DNA dengan cetakan RNA tersebutdengan bantuan reverse transcriptase virion. Setelah molekul RNA-DNA terpisah, dibuat rantai DNA komplementer terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda kemudian mengalami sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya RNA genom dibuat dengan cetakan DNa yang sudah terintegrasi pada kromosom hospes.
Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Virion tersusun atas 7 jenis protein utama. Diametr virion 80-130 nm. Morfogenesis virus melalui proses budding di membran plasma.
Contoh : HIV 1 dan 2

b. Virus DNA
  • Famili : Adenoviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA dan translasinya menjadi protein komplek.
Virion : tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 70-90 nm. Virion tersusun atas paling tidak 10 protein.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : Adenovirus 1-49
  • Famili : Herpesviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 15-200 nm.
Replikasi di intisel. Morfogenesis melalui proses budding di membran inti. Di dalam sitoplasma virion dibawa dalam vesikel-vesikelke membran plasma. Di membran plasma, membran vesikel fusi dengan membran plasma.
Contoh : virus herpes simplex 1-2, virus B
  • Famili : Hepadnaviridae
Sifat penting : 
DNA : rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen tunggal. Pada replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda. Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain sebagai cetakan bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase.
Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid. Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg).
Replikasi di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di sitoplasma.
Contoh : virus hepatitis B
  • Famili : Papovaviridae
Sifat penting : 
DNA : rantai ganda, segmen tunggal sirkuler. Replikasi DNA komplek dan selama replikasi bentuknya tetap sirkuler. Siklus replikasi DNA dapat melibatkan DNA genom yang episomal maupun yang berintegrasi dengan kromosom sel.
Virion : tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus) dan 55 nm (papillomavirus), tersusun atas 5-7 jenis protein utama.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : papilloma virus manusia
  • Famili : Parvoviridae
Sifat penting :
DNA : rantai tunggal, segmen tunggal. Genus Parvovirus lebih banyak mengandung rantai DNA polaritas negatif sedang dua genus lagi DNA polaritas negatif dan positifnya seimbang. Replikasi DNA komplek.
Virion : tak berselubung, nukleokapsid bersimetri ikosahedral dan berdiameter 18-26 nm, tersusun atas tiga protein utama.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel dan memerlukan bantuan sel hospes.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : parvovirus B-19
  • Famili : Poxviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
Virion : berselubung, berbentuk seperti batu bata dan merupakan virus dengan dimensi terbesar. Tersusun atas lebih dari seratus jenis protein. Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma yaitu dalam viroplasma (semacam pabrik virus). Hasil morfogenesis dapat berupa virion berselubung maupun tidak.
Contoh : virus cacar sapi

Penamaan Virus
Klasifikasi virus tidak mengikuti sistem linnaeus, melainkan sistem ICTV (International Committe on Taxonomy of Viruses = Komite Internasional untuk Klasifiksi Virus). Klasifikasi virus terbagi dalam tiga tingkat takson, yaitu famili, genus dan spesies. Nama famili virus diakhiri dengan viridae, sedangkan nama genus diakhiri dengan virus. Nama spesies menggunakan bahasa Inggris dan diakhiri dengan virus. Saat ini, jenis virus yang sudah teridentifikasi sekitar dua ribu spesies. Contoh klasifikasi berdasarkan sistem ICTV pada virus penyabab AIDS adalah sebagai berikut.
Famili : Retroviridae
Genus : Lentivirus
Spesies : Human Immunodeficiency virus (HIV)

Peranan Virus 
Virus tidak selalu merugikan. Beberapa jenis virus ada yang memberi manfaat.

1. Virus yang Bermanfaat
  • Anti bakterial
Dapat menghancurkan bakteri-bakteri yang mengganggu, misalnya bakteri pengganggu pada produk makanan yang diawetkan.
  • Rekayasa genetika 
Virus digunakan untuk kloning gen (produksi DNA yang secara genetis identik) yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Misalnya, virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan kanker dapat disembuhkan. 
  • Pembuatan insulin
Virus penyebab kanker dapat dicangkokkan bersama gen-gen penghasil insulin atau zat lain ke bakteri sehingga bakteri tersebut berbiak dengan cepat dan sekaligus memproduksi insulin atau zat lain.
  • Pembuatan vaksin
Contoh kasus pada akhir tahun 1700, Edward Jenner seorang dokter asal Inggris mengetahui dari pasien-pasien di pedesaan bahwa para pemerah susu yang telah terkena cacar sapi (penyakit ringan yang menginfeksi sapi) ternyata resisten terhadap infeksi cacar sesudahnya. Dalam percobaannya, Jenner menggoreskan jarum yang mengandung cairan dari luka seorang pemerah sapi yang telah terkena cacar sapi ke seorang anak laki-laki. Anak tersebut ternyata resisten terhadap wabah cacar. Virus cacar sapi dengan virus cacar sangat mirip sehingga sistem imun tidak dapat membedakan adanya partikel asing. Selain vaksin cacar juga sudah ditemukan vaksin lainnya, misalnya vaksin polio, vaksin rubela, vaksin campak dan vaksin gondongan.

2. Virus yang Merugikan
Virus yang merugikan karena menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
  • Virus yang menyababkan penyakit pada manusia
  1. Influenza virus, penyebab penyakit influenza (flu). Virus ini menyerang sel-sel saluran pernafasan bagian atas. Gejala penyakitnya adalah demam, pilek, pusing, pegal, dan batuk.
  2. Human immunodeficiency virus (HIV), penyebab AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang mematikan. Virus ini menyerang sel-sel darah putih jenis limfosit T. Gejala penyakitnya adalah gejala gabungan berbagai jenis penyakit karena menurunnya kekebalan tubuh.
  3. Hepatitis virus, penyabab penyakit hepatitis B. Virus ini menyerang sel-sel hati sehingga menimbulakan gejala perut membesar dan tubuh penderita berwarna kuning.
  4. Ebola virus, penyebab penyakit ebola yang mematikan. Virus ini menyerang sel-sel pertahanan tubuh. Gejala penyakit ebola adalah demam yang disertai dengan pendarahan.
  5. Measles virus, penyebab penyakit cacar. Virus ini menyarang sel kulit dan menimbulkan gejala awal seperti demam, batuk, pilek, kemudian muncul luka cacar mulai dari wajah kemudian ke seluruh tubuh.
  6. Polio virus, penyabab penyakit polio. Virus polio menyerang sel-sel pada sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kelumpuhan.
  7. Mumps virus, penyebab penyakit gondong. Virus gondong menyerang sel-sel kelenjar ludah sehingga menimbulkan bengkak di belakang telinga.
  8. Herpes simplex virus, penyebab penyakit herpes. Virus ini menyerang membran mukus (lendir) di mulut, alat kelamin, dan kulit. Gejala penyakitnya adalah kulit memerah dan muncul bintil seperti luka melepuh.
  9. Human papilloma virus, penyebab kutil pada kulit. Human papilloma virus menyerang sel-sel kulit dan dapat berkembang menjadi kanker. Gejalanya adalah adanya benjolan di kulit.
  • Virus yang menyebabkan penyakit pada hewan
  1. Virus yang menyababkan penyakit pada hewan antara lain sebagai berikut.
  2. Rous sarcoma virus (RSV), penyebab tumor pada ayam. 
  3. Bovine papilloma virus, penyabab tumor pada kaki.
  4. Virus penyakit mulut dan kaki pada sapi dengan gejala melepuh dan berlendir di sekitar mulut dan kaki sapi.
  5. Virus penyebab tetelo pada ayam (new castle desease) dengan gejala mencret dan batuk-batuk.
  6. Rabdovirus, penyebab rabies pada anjing, monyet, kucing dan juga manusia. Virus ini menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gejala takut air, gelisah, hilangnya kontrol otot, dan agresif.
  • Virus yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan
  1. Virus yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan antara lain sebagai berikut. 
  2. Tobacco mosaic virus (TMV), penyebab penyakit mosaik pada tembakau dengan gejala pertumbuhan terhambat dan daun bercak-bercak. TMV juga dapat menyerang tanaman lain misalnya tomat.
  3. Citrus leprosis virus (CiLV), penyebab penyakit pada jeruk.
  4. Virus tungro pada padi yang menyebabkan padi menjadi kerdil.
  5. Virus yang menyerang tanaman hias, misalnya bunga tulip dan anggrek.

Pencegahan Terhadap Virus
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap serangan virus adalah dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah suat zat yang mengandung mikroorganisme patogen yang sudah dilemahkan. Pemberian vaksin memberikan kekebalan secara aktif. Contoh vaksin untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus adalah sebagai berikut:
  1. OPV (Oral Polio Vaccine) atau vaksin polio
  2. Vaksin rabies
  3. Vaksin hepatitis B
  4. Vaksin influenza
  5. Vaksin cacar
  6. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk cacar, gondong, dan campak.


[Sumber: Biologi SMA dan MA untuk Kelas X Esis; id.wikipedia.org; bebas.ui.ac.id; materi-pelajaran.blogspot.com; filzahazny.wordpress.com; biologi.blogsome.com]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Limfatik pada Manusia

Alga / Ganggang

Sistem Integumen pada Manusia

Sistem Urinaria pada Manusia

Pembelahan Sel

Jamur / Fungi

Jaringan Tumbuhan

Sistem Digestivus pada Manusia

Lichenes / Lumut Kerak

Sistem Indera pada Manusia